Tuesday, September 7, 1999

Mengikuti Seleksi Calon Dosen UAD

Taklama setelah gambling asal kirim lamaran, saya dipanggil untuk seleksi di UAD. Nah, ini peluang saya jadi dosen telah tiba, saatnya dicoba mengadu nasib.

Waduh, kok ternyata banyak banget saingannya. Saya heran, mereka daftarnya lewat mana. Tahunya informasi ada lowongan darimana. Apa juga gambling asal kirim seperti saya.... biarin lah, sekarang saatnya berkompetisi, siapa yang terbaik dalam pandangan UAD atau bernasib baik, dialah yang ketrima.

Saat itu peserta test dari banyak jurusan. Kalo gaksalah Elektro ada belasan pendaftar. Sistem seleksi diterapkan sistem gugur, bagi yang tidak lolos tahap 1 tidak akan diikutkan lagi tahap selanjutnya.

Test pertama test tertulis, presentasi, wawancara akademik, wawancara keagamaan dan baca al Qur an, dan terakhir komitmen dengan rektorat/yayasan. Alhamdulillah lancar dan tidak gugur hingga tahap terakhir. Semua seleksi telah berakhir sebelum wisuda, harapannya setelah wisuda sudah ada kabar pengumuman ketrima atau diterima hehehe.

[taklama setelah wisuda 18 November 1999 alhamdulillah ada surat yang menyatakan saya diterima dan mulai bekerja sebagai dosen UAD 1 Februari 2000, alhamdulillah....kini saya sudah punya jalan hidup, bukan pengangguran lagi].

Yang special, ini adalah test pertama saya melamar kerja dan alhamdulillah pertama juga diterima kerja. Elektro nerima 2 dosen baru; Wahyu Sapto Aji (alumnus TE UGM 92) dan saya (alumnus TE UGM 94).

Sunday, September 5, 1999

Ada/tiada lowongan, asal kirim aja lamaran

Keinginan untuk segera ada kepastian dalam meniti karir dan melanjutkan perjuangan dalam hidup, menuntun saya coba lirak-lirik alamat kampus islam yang ada di Jogja.

Terbersit keinginan, kalo tidak keterima di PTN, PTS tak masalah yang penting PTS islam sehingga bisa mengabdikan diri secara akademis, tapi dari sisi religius juga dapat suasana yang kondusif untuk menjadi muslim yang baik.

Tercatat dalam target saya ada tiga PTS islam yang besar di Jogja, yaitu UII (Universitas Islam Indonesia), UMY (Universitas Muhammadiyah Yogyakarta), dan UAD (Universitas Ahmad Dahlan, sebelum 1994 bernama IKIP Muhammadiyah).

Sambil cari informasi dan alamat, teringat untuk alamat UAD saya dapatkan di reklame besar di perigaan jalan Kolombo dan Gejayan. Berdasar alamat tsb, saya kirimkan lamaran ke ketiga kampus tersebut.

Respon tercepat saya dapatkan dari UAD, bahwa akan diadakan seleksi. Alhamdulillah, tidak sia-sia asal kirim lamaran walaupun tak tahu ada lowongan atau tidak. Yang penting nglamar ada kemungkinan diterima, kalo tidak nglamar nggak mungkin ketrima hehe.

Lapor dah lulus, ”tapi maaf, saat ini gak ada posisi”

Setelah dinyatakan lulus, dengan berbekal Surat Keterangan Lulus (SKL) saya segera mempersiapkan semua berkas-berkas yang mendukung untuk resmi melamar sebagai dosen Riau, tepatnya melapor bahwa saya telah selesai S1, telah siap untuk diberdayakan mengajar sebagai dosen atau siap disekolahkan dulu. Terbayang dan bersiap-siap sudah akan pindahan ke Riau utk mengajar atau pindahan ke Inggris utk sekolah.

Tapi yang membuat kalangkabut adalah kok jawaban yang saya terima aneh: ”maaf, saat ini gak ada nerima posisi dosen”. Lho-lho gimana nih, dulu buka pendaftaran calon dosen, dikasih beasiswa, setelah lulus gakmau nerima, siapa yang salah nih... Sedih banget mendengar kabar ini, rencana yang telah terbayang jadi berantakan nich.

Mulailah ketidakpastian itu muncul, kemana akan melangkah. Akhirnya, bersama teman2 menjadi jobseeker, cari-cari pengumuman lowongan kerja di surat kabar maupun di kampus (Jurusan, Fakultas, Universitas). Semua lowongan kerja yang sekiranya kualifikasi lulusan S1 Teknik Elektro boleh daftar, saya daftar aja. Test sana-sini entah nanti jalan hidup mana untuk diriku biar Allah yang menentukan....
Ya Allah, semua rencana awal telah bubar, tunjukkan rencana-Mu yang terbaik untuk diriku ya Allah....

Friday, September 3, 1999

Daftar Dosen Elektro UGM, gak boleh....

Ada info dari teman-teman tapi taktahu pasti kebenarannya karena tidak ada pengumuman resmi, bahwa Elektro UGM membuka lowongan dosen baru.

Rasanya lumayan tertarik, cuma rasanya kok malu ntar kalo sebelumnya jadi mahasiswa kok jadi kolega bapak-ibu dosen saya, apa tidak kikuk nantinya ya. Tapi okelah, belum daftar aja kok mikir sampai situ. Kalo Allah menghendaki saya ketrima, ya biarlah nanti berproses dengan waktu, tak usah dipikir terlalu jauh.

Saya siapkan semua persyaratan yang sekiranya mendukung; Surat lamaran, SKL, Transkrip nilai, CV, dll. Saya serahkan semua dokumen tersebut ke TU jurusan, eh ditolak: ”mana Ijazah, gak diterima kalo belum punya ijazah, gakbisa kalo hanya SKL”.

Waduh, SKL yang nerbitkan Jurusan sini, kok tidak diakui, wah berarti ya gakbisa dech. Pening dech jadinya. Jika harus punya ijazah, mesti nunggu wisuda Nopember, padahal lowongan kayaknya September/Oktober dah tutup. Menyesali diri, kurang dikit saya bisa wisuda Agustus, coba kalo udah wisuda kemarin.....

Yah, karena telanjur sudah berniat daftar dosen TE UGM dan sudah siap berkasnya, ya udah, daripada mubadzir, berkas tersebut daya masukkan amplop dan saya kirim via pos hehehe. Nekadz juga saya, diantar langsung gakditerima, kalo diantar pak pos paling diterima berkasnya, urusan diproses atau tidak, itu haknya mereka hehe....

[akhirnya, takpernah sekalipun saya nerima balasan dan tindak lanjut dari surat ini] . Ya udah, memang bukan rejeki saya. Allah punya banyak rencana lainyang baik untuk diriku, InsyaAllah.

Wednesday, September 1, 1999

Kembali tinggal BM

Setelah diriku lulus sekolah UGM, saat itu pula Baihaqi dapat kerja jadi sarjana pendamping di Kupang NTT melalui program Depnakertrans.

Daripada kost seorang diri, saya putuskan kembali ke habitat lama, yaitu bersama beberapa teman yang belum lulus menjadi santri senior di Budi Mulia.

Saatnya klontang-klantung gak punya kerja dan gak punya status, gak enak banget heheehe...