Monday, July 16, 1990

Masuk SMA, penataran P4 dulu

Sebelum memulai proses belajar mengajar, siswa baru wajib mengikuti Penataran P4 dulu, untuk SMAN 1 Sragen diadakan pada 16 - 21 Juli 1990.

Yah takda yang berat, cuma mendengarkan ceramah aja kok.

Sunday, July 1, 1990

Alhamd akhirnya sekolah di SMA 1 Sragen

nama siswa : SUNARDI
nomor induk: 7629

Alhamdulillah, akhirnya saya bisa sekolah di SMA N 1 Sragen.

Dari proses pendaftaran SMA ini, saya juga baru sedikit mengenal bahwa selama SMA mas Sar pernah tinggal kost di Bulik Karti di Cantel, tapi juga pernah kost sendiri. Demikian pula, saya juga baru sedikit tahu bahwa Bulik Karti punya anak ragil Riris yang seangkatan denganku, dari SMP Xaverius lalu tahun ini masuk SMA PGRI. Juga, baru tahu bahwa kakaknya Riris, yaitu Juni barusan naik kelas II SMA N 1 Sragen. Sebelumnya hanya tahu sedikit karena memang jarang sekali ketemu. Alhamdulillah, dengan sekolah di Sragen sedikit terbuka wawasan tentang keluarga dan saudara, sebelumnya bener-bener kuper banget.

Saya masuk kelas I D, wali kelas Bpk Suripno (guru Fisika sekaligus wali kelas saya saat kelas 1 dan 2).
Masuk kelas kelompoknya anak-anak berduit, anak2 orang kaya kayaknya. Memang secara umum, yang masuk SMA 1 adalah orang2 kota yang pinter dan kaya, kalo selebihnya hanya 1 atau 2 yang berasal dari satu SMP kampung, itupun biasanya 1 SMP kampung hanya 1 murid saja, seperti saya dari SMPN Mondokan cuma satu-satunya. Dari SMP N Sukodono juga cuma 1 kayaknya, dialah Haris Triyanto (satu2nya temen kelas VI SD saya yang mengalahkan raihan NEM saya).

Teringat banyak kawan yang punya sepeda motor bagus2, saya hanya jalan kaki atau naik sepeda ke sekolah. Dan dari segi akademis, kelas saya termasuk kelas yang yang biasa. Denger-denger, urutan raihan NEM jika diterapkan ke pembagian kelas adalah (urut dari yang kelompok pinter) HGABCDE. Maknyanya, kelas saya nomor 2 terbodoh hehe.

Dari SMP N Mondokan, hanya saya seorang yang masuk SMA 1. Dan kalo dihitung2, NEM-nya temen2 gak bisa masuk dalam list ke SMA 1. Dari SMP N Mondokan yang saya ingat rangking II Sudardo masuk SMA N Sukodono, rangking III Turono karena keterbatasan ekonomi malah gak bisa melanjutkan sekolah, ada Sudarmini yang masuk SMEA Negeri Sragen. Ada pula Sugimin yang masuk STM Muhammadiyah Sragen (kelak jadi temen kost waktu saya kelas III SMA). Yang masuk SMA 2 takda, SMA 3 waktu itu belum ada.

Hikmahnya bergaul dan dalam persaingan orang2 yang nggak pinter, di kelas I D, saya yang juga nggak pinter dan orang kampung bisa mendapat ranking 3 pada semester I, tapi sayang, rangking ‘meningkat’ menjadi 5 pada semester II.

Tuesday, June 12, 1990

Teman2 SMP sekolah dimana aja

Saat itu SMP kami yang desa jarang yang ketika lulus melanjutkan pendidikan ke SMA. Tapi berkah adanya SMAN Sukodono yang mulai membuka pendaftaran siswa pada tahun ini, alhamdulillah banyak temen2 seangkatan saya yang melanjutkan sekolah.

Tercatat ada juara 2 SMP saya si Sudardo sekolah disini. Sementara kasihan pada Turono yang merupakan temen akrab saya tidak bisa melanjutkan sekolah karena keterbatasan ekonomi. Akhirnya dia bekerja menjahit di Surabaya.

Yang melanjutkan ke SMA1 ya cuma saya sendiri, SMA2 takda. Ada seorang (Sudarmini) yang sekolah SMEAN. Ada juga beberapa di SMEA/STM swasta.

Jadilah saya seorang diri takda teman se-SMP di SMA1 atau bahkan sepi temen dari kampung ke Sragen. Nasib baik,ada temen SD dulu (Haris Triyanto) yang juga sekolah di SMA1, lumayanlah bisa jadi temen, lagian kami dalam satu kelas 1D. Dia sebelumnya sekolah di SMPN Sukodono.

Monday, June 11, 1990

Gakjadi SMA 2 tapi SMA 1

Tengah 1990

Teringat lika-liku masuk SMA, mas Sar yang paling berperan sehingga akhirnya saya masuk SMAN 1 Sragen. Mas Sar sangat rajin mengajak saya tiap hari ke sekolah SMA1 dan SMA2 utk memantau perkembangan pendaftar. Setiap siang, kedua sekolah tsb menempel jumlah total pendaftar untuk setiap nilai, misalanya pendaftar dengan NEM 35 berapa orang, pendaftar dengan NEM 36 berapa orang dst.
Dengan hitung2an yang dilakukan mas Sar, saya masih bisa bersaing di SMA 1. Akhirnya diputuskan bahwa pada hari terakhir dan di jam-jam terakhir pendaftaran, saya cabut pendaftaran di SMA 2 dan saya mendaftar di SMA 1. Hitung2anya, NEM saya masih masuklah pada kelompok kelas terakhir (total ada 8 kelas @48 siswa).
Pengumuman tiba, alhamdulillah, ternyata benar perhitungan kami, saya masih bisa diterima di SMAN 1 Sragen, alhamdulillah,...

Sunday, June 10, 1990

Lulus SMP masuk SMA mana ya?

Tengah tahun 1990

Terlepas berhasil atau tidak meraih lulusan terbaik dari SMPN Mondokan, telah lama ada keinginan dalam diri saya untuk bisa melanjutkan sekolah ke kota Sragen. Soalnya, saya yakin akan banyak pengalaman dan alam kompetisi yang lebih baik bagi saya kedepan. Namun sayangnya saat itu, adalah masa yang bersamaan dibuka SMA Negeri Sukodono yang jaraknya Cuma 2 km dari rumah kami. Kalo SMP saya mesti menempuh sekira 8 km, jarak ini tentulah sangat dekat. Wah, mengacaukan keinginanku saja nih.

Pertentangan akhirnya terjadi. Bapak ngotot untuk menyekolahkan saya di SMA baru ini, betul2 baru, gedung pun baru sebagian. Beliau berkata; ”dekat, gakperlu kost, bisa mbantu kerja orangtua”. Saya tidak menafikan apa yang disampaikan bapak, tapi hati ini rasanya mau berontak, saya mau sesuatu yang baru.

Alhamdulillah, satu hari kami ketemu rekan bapak, beliau dipahamkan bahwa sebaiknya mengikuti kemauan anak, lagian sebagai hadiah karena juara 1, sayang kalo hanya sekolah SMA di desa, alhamdulillah akhirnya hati bapak luluh.
Akhirnya saya diantar bapak mendaftar SMAN 2 Sragen, sekolahnya Mas Sar yang baru saja lulus.

Tuesday, June 5, 1990

Bahagianya Lulus SMP jadi Juara I

Saya taktahu pasti tanggalnya dan bulannya....
tapi yang jelas pertengahan tahun 1990

Diadakanlah perpisahan dan pengumuman kelulusan SMPN Mondokan, di Gedung pertemuan sebelah barat SMP, dihadiri semua anak kelas 3 beserta orangtua/wali.

Tibalah saatnya pengumuman yang sangat membahagiakan hati ini,
Lulusan Terbaik Tahun ini adalah SUNARDI

NEM benernya gakbagus-bagus amat, tapi dah terbaik se-SMP.

Alhamdulillah, hadiahnya dikalungin slayer oleh kepala sekolah....

Pulang mbonceng sepeda onthel bapak dengan senyum mengembang

Monday, June 4, 1990

Nilai NEM kami...

Walaupun banyak pelajaran sulit, bahkan pelajaran fisika dan matematika yang awalnya sangat terasa mudah, tapi karena semester2 akhr ganti guru akhirnya jadi susah juga, saat Ebtanas nilai saya masih terbaik se-SMP.

Teringat waktu pra-Ebta, saya kalah telak dengan teman-teman. Kalo taksalah ada Nindyo (anak pak Lurah Kedawung) dari IIIb bisa dapat nilai 46, ada Turono 44, saya cuma 42. Tapi sewaktu acara perpisahaan di gedung sewa, yang menghadirkan semua murid dan orang tua wali, semua seolah berbalik kebahagiaan bagi diriku, disebutlah nama Sunardi dengan raihan NEM tertinggi untuk SMPN Mondokan, alhamdulillah.

Saat Ebtanas, semua raihan nilai turun dibanding pra-Ebta. Saya mendapatkan 39.98, hanya kurang 0.02 untuk mencapai angka psikologis 40. Padahal pelajaran ada 6 (PMP, Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Ingris, Fisika, Biologi), jadi kalo dirata-rata, nilai saya hanya 6.xx, itupun udah terbaik hehe. Di bawah saya ada Sudardo kalau taksalah nilainya 38.20 dan Turono 37.88. Saat itulah masa paling bahagia melewati masa SMP dengan hasil terbaik, dikalungi slayer oleh kepala sekolah pak Supardjo (waktu itu merangkap menjadi anggota DPRD Kab. Sragen).

Dalam konstelasi raihan rata-rata NEM saat itu, disampaikan kepala sekolah bahwa di dalam kelompok SMP-SMP di Sragen di utara Sungai Bengawan Solo (Mondokan, Sukodono, Gesi, Tangen, Jenar), kita masuk jajaran atas.

Nilai NEM saya tertanggal 4 Juni 1990 (malu-maluin terutama B Inggrisnya);
1. PMP 7.33
2. Bahasa Indonesia 7.33
3. Bahasa Inggris 4.20
4. IPS 5.67
5. Matematika 7.78
6. IPA 7.67
Jumlah 39.98

Thursday, May 31, 1990

Mengingat guru SMP

Christiani Ery Purwanti
Guru Matematika SMP sejak semester 2 hingga semester 5

Beliau adalah guru terbaik yang pernah saya dapatkan di SMP. Matematika seolah menjadi satu pelajaran yang sangat2 mudah, seingat saya baru dapat nilai ulangan harian 8.5 selama sekali saja, selain itu elalu dapat 9, 9.5, atau 10. selalu demikian...

sehingga nilai raport tiap semester selalu 9.....
Satu ungkapan yang takterlupakan yang mana beliau sangat bangga adalah ketika saya diminta untuk mengerjakan satu soal di depan dan dapat saya selesaikan dengan baik. Demikian kira2 ungkapan beliau: ”coba kalau semua murid saya seperti sunardi, wah betapa senangnya saya”

Demikian beliau sangat berkesan dalam hati, pernah suatu ketika sangat kuat keinginan hati ini utk silaturahmi menjupai beliau, insyaAllah kesampaian.

Temen sekelas 1c dan 3c SMP

Naik kelas 2 kami dipisahkan, masuk kelas 3 kami disatukan kembali.

Inilah formasi tim kelas 1C yang berlanjut ke 3C (harusnya ada 48)

Ari santi
Dian Purnama
Munawar Eko Setyowati Utami
Nurul Marfuah
Saptuti Handayani
Suryastani
Sugiyo
Suhardi
Sumidi
Sunardi
Sunarso
Suparman
Suparno
Sri
Turono
Umi Nasyirah

Wednesday, May 16, 1990

14-16 Mei 1990 Ebtanas

Ujian berat menantang kami berupa EBTANAS (Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional) dilakukan serentak tanggal 14 hingga 16 Mei 1990 untuk 6 mata pelajaran yang diujikan.

Data saya;
nomor peserta : 14029118
sekolah asal : SMP Negeri Mondokan

Ujian terasa berat dan susah banget, semoga lulus, amien.

Nilai ini sebagai senjata untuk bersaing meraih kursi di SMA terbaik yang diinginkan.

Wednesday, April 25, 1990

Pelajaran SMP banyak yg susah

Pelajaran di SMP saya rasakan banyak yang susah.

Ada pelajaran biologi yang ngapalkan nama-nama latin, duh susahnya..
Ada pelajaran sejarah ngapalin juga banyak, awalnya ada guru yang enak crita terus di depan kelas, tapi kita nggak sempat nyatat karena asyik mendengarkan cerita. Eh, pernah pula diganti guru lain, isinya banyak soal-jawab saja, susah banget.

Lebih lagi pelajaran bahasa Inggris, makanan apa lagi nih, 3 tahun blas nggak tahu apa-apa. Apalagi kelas II, sering kosong pelajaranya karena guru hamil dan tidak ada pengganti. Rada sedikit ngerti itupun dikit waktu kelas III, karena wali kelas IIIC adalah guru bahasa Inggris, kalo gak salah sengaja diecer-ecer, selama seminggu tatap muka sampai 4 kali.

Lain lagi pelajaran kesenian, emang dasarnya saya gak bisa menggambar dll. Bahkan ketika kelas III, pelajarannya adalah main gitar, udah gakpunya, pinjam orang lain untuk ngajarin pun tetep gakbisa. Untung saat itu ujiannya tertutup, hanya ada siswa dan guru, jrang-jreng semaunya, semalu-malunya biarin aja hehehe.

Yang rada lumayan bagus dan seneng adalah pelajaran olahraga. Kalo fisik mungkin sering kalah sama temen2, inget mukul bola volley aja sering nggak bisa melampaui net. Tapi kalo teori lumayan jago lah, nilai 8, 9 atau 10 terus. Inget dulu pernah satu kali eyel2n dengan pak Margono, lebih banyak vitaminnya mana antara tempe dan telor. Saya njawabnya tempe, disalahkan, yg benar telor.

Pelajaran yang agak suka lagi adalah Fisika. Gurunya masih muda, grapyak, sering naik sepeda mini bareng dengan kita-kita. Tapi ketika kelas III, guru diganti dan hilanglah kesukaan saya pada pelajaran fisika.

Pelajaran paling saya suka selama SMP adalah Matematika. Ya, sejak kelas 1 hingga kelas III, pelajaran ini adalah favorit saya. Gurunya kecil, muda, cantik. Bu Christiana Eri Purwanti.

Tapi, lagi-lagi pelajaran berubah menjadi tak menarik tatkala guru kita diganti. Masuk semester VI, bu Eri yang barusan menikah kemudian hamil dan mengajukan pindah ke daerah asal, yaitu Ngawi... jatuhlah nilai matematika saya.

Diajar oleh guru yang sama sekali baru dan asing bagi saya yang sejak kelas I diajar bu Eri, seringkali ulangan harian/mingguna saya betul-betul jeblok. Pernah satu ketika, dari 5 soal yang diberikan, taksatupun saya mampu menjawab dengan benar.