Thursday, December 1, 1988

Saling kunjungi rumah teman

Saat SMP, terutama saat jam pelajaran kosong atau bebas, guru rapat dll yang akhirnya pulang pagi, kami sering dolan-dolan ke rumah salah satu rumah diantara teman2.
Atau bahkan kalau ada temen yang sakit dan sudah gakmasuk sekolah beberapa hari, atas sepersetujuan wali kelas, kita sekelas menjenguk semuanya.

teringat Sumidi, Sudardo, Turono adalah teman akrab saya, mereka pernah pula berkunjung ke rumah kami. Ibu sedemikian menghargai tamu-tamu saya, walaupun saya anak kecil, tamu2 saya disediakan makanan dan minuman, alhamdulillah, jazakallahu kk.

Gantinya, pernah juga saya jalan2 bersilaturahmi ke rumah Sudardo di Mondokan, rumahnya asri. Mas-nya ada yang sekolah SMA di solo, wah keren sekali sekolah disana, pikir saya waktu itu.

Juga saya sering pulang bareng dan saling mampir ke rumah Turono di Juwok. Dia punya kebun mentimun, sering dan sangat suka saya karena rasanya enak dan banyak, gratis lagi. Kalo ke rumah Sumidi juga sering.

Teringat betapa keakraban kami waktu itu sangat terasa. Pernah naik sepeda bareng2 nengok Rusdiyanto (di Nggrumbul, Tanon) yang sudah sakit sekira 1 minggu. Kami disuguhi minum, bahkan roti yang kita bawa untuk oleh2pun kita makan juga karena dihidangkan.

Seingat saya juga pernah ikut nengok juga Sumini (anak pedagang sapi Mondokan), Dian Purnomo di Bendo (waktu kelas 3), Sumidi (Bendo) dan Utami dll.

Tuesday, November 1, 1988

Dijahilin orang: sepedaku dikunci, kunci takda

Saat kelas 2 SMP, saya pernah kena ulah tangan jahil. Waktu itu, saya pakai sepeda jengki RRT kata orang. Perjalanan sekira 30 menit, 8 km tapi jalannya naik-turun. Saat pagi nyampe di sekolah, kadang lupa (kadang buru2, kadang malas juga) untuk mengunci.

Tiba saatnya siang akan pulang, eh malah sepeda saya dikunci orang, yang menjengkelkan adalah kunci nggak tahu ditaruh dimana. Pernah saya tinggal aja, pulang mbonceng kawan, sore diambil pakai kunci dobelannya.

Tapi selang berapa lama kemudian, pas suatu ketika tak terkunci lagi, eh dikunci orang lagi. Karena kunci dobelannya dah habis, terpaksa dech gembok dibongkar paksa. Yah, dasar ulah anak nakal.

Perasaan saya nggak pernah punya musuh atau jahilin orang, tapi kenapa saya dijahilin orang, sampai sekarang nggak tahu itu ulah siapa, insyaAllah saya maafkan, dan semoga Allah mengampuninya.

Saturday, October 1, 1988

Gak bawa kaos olahraga, gak senam, dihukum

Tanggal dan bulan persis tidak ingat, saat di kelas 2 SMP.

Suatu pagi, hari Jumat biasanya ada kegiatan rutin dan wajib berupa olahraga bersama seluruh siswa di halaman sekolah, namanya senam SKJ (Senam Kesegaran Jasmani). Nasib kurang baik menghampiri diriku, mendekati SMP saya lupa nggak bawa kaos olahraga resmi.

Bingung diriku membuat keputusan. Langsung masuk kelas tanpa olahraga gak mungkin (karena mesti melewati halaman sekolah), ikut senam tanpa kaos resmi tentu gak boleh, mau nungguin diluar sekolah juga betapa suntuk dan deg2an kalo ketahuan. Gaktahu kenapa, mungkin mengharapkan keajaiban datang berupa molornya senam, diriku memilih kembali ke rumah yang jaraknya sekira 5 km, dah gitu kecepatan naik sepeda onthel jengki seberapa sih....

Akhirnya.... keberuntungan belum berpihak pada diriku. Sesampainya di sekolah, SKJ telah selesai, temen2 sudah masuk kelas. Siang hari, tibalah saatnya diriku termasuk yang dipanggil untuk menerima hukuman karena gak ikut senam. Kami dijemur di panas terik matahari di lapangan volley berpasir.... nasib... nasib

Monday, August 8, 1988

Pertama mbonceng motor jauh, lewat kota Sragen

Pengalaman menarik tatkala pertama kali melakukan perjalanan jauh naik motor Yamaha L2 Super warna merah bersama bapak.

Saat itu Mas Narto yang sekolah di SMT Pertanian Kedawung (kecamatan di ujung selatan Sragen) tidak bisa pulang. Persediaan uang dan beras untuk makan sehari-hari habis. Akhirnya bapak mengajak saya untuk kesana sekalian silaturahmi ke bapak-ibu kost. Motor ini adalah motor kedua yang dimiliki bapak, sebelumnya punya bebek Honda C-70 warna hijau.

Rumah kami di Ngganti ke Kedawng mungkin sejauh 50 km. Sesampainya di Pungkruk, saya baru tahu kalo ke Sragen jalannya harus belok kiri. Bukan kanan, kalo ke kanan sampai Solo (belum terbayang sama sekali kayak apa Solo itu). Ya walaupun dah SMP, kayaknya baru sekarang agak paham dimana arah Sragen, kemana arah Solo, kuper sangat ya hehe.

Sampai di kost-nya mas Narto, ngobrol dengan ibu kost, lihat-lihat sekolahnya Mas Narto, dan lalu pulang lagi.

Pulangnya kami mampir makan soto (dulu nyebut saya saoto) di pertigaan Pungkruk, enak banget rasanya.