Wednesday, June 30, 1993

IAIN, itu sekolah apa ya?

Saat mendaftar D3 Teknik UGM, Sutarto dkk sudah tidak kost lagi di Jogja. Wah nginap dimana ya?

Putar otak, akhirnya ketemulah ide untuk menumpang sementara di kakaknya Thohir (teman kost kelas 1 dan 2) di timur kampus IAIN. Beliau kuliah di IAIN. Saya yang kuper baru tahu, oh ada tho perguruan tinggi negeri selain yang tercantum dalam daftar Buku Panduan UMPTN. Tenyata IAIN = Institut Agama Islam Negeri (kelak berubah nama menjadi UIN = Universitas Islam Negeri).

Terbayang dalam pikirku; oh ini sekolahnya tentang agama semua, orang2 yang pinter ngaji, ujian ada bahasa Arabnya, dll. Hampir semua kota besar ada IAIN, seperti IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Walisongo Semarang, Sunan Ampel Surabaya, dll.

IAIN berada di bawah koordinasi Departemen Agama, sedang universitas yg tergabung bersama-sama dalam UMPTN di bawah koordinasi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

O..... saya yang bodoh dan kuper, tambah ilmu lagi, alhamdulillah baru daftar kuliah di Jogja aja sudah banyak tambah ilmu, apalagi kalo nanti kuliah dan tinggal di Jogja ckckckc...

Thursday, June 24, 1993

UMPTN 23-24 Juni 1993

UMPTN (Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri) diadakan serentak secara nasional pada tanggal 23 dan 24 Juni 1993.

Saya kebagian tempat ujian di Teknik Sipil UGM.

Hari pertama; Kemampuan Dasar
1. Pancasila (15 soal)
2. Bahasa Indonesia (40 soal)
3. Matematika Dasar (30 soal)
Ujian berlangsung selama 150 menit (09.00-11.30)

Hari kedua; Kemampuan IPA
1. Matematika IPA (10 soal)
2. Fisika (15 soal)
3. Kimia (15 soal)
4. Biologi (15 soal)
5. IPA Terpadu (20 soal)
Ujian berlangsung selama 120 menit (09.00-11.00)

sedangkan Kemampuan IPS 12.00-14.00 (saya gak ikut IPS)

Hasil jian akan dimumkan kira-kira pertengahan Agustus 1993.

Tuesday, June 22, 1993

Duh Kakiku kayak mati rasa

Sakit kaki; bengkak, agak mati rasa

Saat-saat ini, saya sedang terserang penyakit yang aneh. Kaki bengkak, membesar, lemas, dipijit tidak terasa/mati rasa, jalan kaki tak bertenaga, mesti diseret dikit. Sudah dipijitkan dan diobato dokter dimana-mana belum sembuh.

Teringat sudah disuntik di Puskesmas, tidak sembuh. Ke dokter di Gemolong, tidak sembuh. Ke RS di Solo, tidak sembuh. Alhamdulillah, terakhir bisa sembuh lewat seorang dokter di Batu Jamus.

Masih ingat, suatu sore, 2 hari menjelang UMPTN, saya diajak bapak dengan Yamaha L2Super warna merah ke Batu Jamus. Dokter pasiennya suangat banyak, sehingga antrian sudah sedemikian panjang. Saya dapat antrian ke-61 walah-walah, tengah malam pun bisa jadi belum diobati, padahal dokter juga perlu istirahat. Akhirnya saya disarankan tetep ambil nomor, tapi datangnya besok pagi-pagi saja. Sip, akhirnya kita ikuti saran suster.

Pagi setelah shubuh, saya dan bapak kesana lagi, alhamdulillah antrian belum panjang dan takberapa lama dilayani. Oleh dokter, saya dikatakan sakit yang terkait dengan sistem syaraf. Saya diberondong oleh 8 suntikan sekaligus, 4 di kaki kanan dan 4 di kaki kiri. Walah-walah, kayaknya baru kali ini suntikan yang sedemikian banyak.

Karena besok pagi mau UMPTN di Jogja, maka pagi itu saya langsung naik bus ke Jogja. Alhamdulillah, sampai di Jogja serasa perkembangan kaki sudah sembuh 50% persih, esoknya saat UMPTN seolah sudah sembuh 75%, dan pulang ke Sragen setelah UMPTN hari kedua seolah sudah betul2 sembuh 100%. Alhamdulillah, bersyukur pada-MU...kakiku sudah sembuh seperti sedia kala.

Saturday, June 12, 1993

Milih UGM 1. Elektro, 2. Peternakan

Saatnya milih jurusan dalam UMPTN, mau jurusan apa?
rasanya tak ada banyak pilihan, semua susah.
Kalau kampus, pilih yang terbaik dan terdekat aja, UGM Yogyakarta yang paling mungkin. UNS sudah ada Mas Sarjono.

Trus mau milih jurusan apa?
1. Kedokteran Umum (KU) ? keinginan jadi dokter sudah saya lupakan sejak peristiwa tabrakan di depan mata tahun kemarin yang membuatku lari tunggang langgang karena ngeri dan takut darah. Orangtua seneng kalo saya masuk KU, tapi daripada penuh penderitaan waktu kuliah, nggak ah.

2. Guru Fisika atau Matematika? Sementara jadi guru saya kesampingkan karena Mas sarjono sudah ambil FKIP pendidikan Kimia, sudah cukup 1 saudara jadi guru, saya jadi insinyur saja.

3. Pilihan terakhir akhirnya mau jadi insinyur..... (nasib, tahun ini penamaan gelar Ir. dan Drs./Dra. sudah ditiadakan, diganti dengan bidang ilmu. Kalo insinyur teknik diganti Sarjana teknik (ST), kalo insinyur Peternakan diganti Sarjana peternakan (S.Pt.)


Yang paling mudah menentukan pilihan ke-2 dulu, yaitu jadi insinyur Peternakan karena kalo dilihat dari grade/tingkat jurusan termasuk golongan menengah, cocok utk pilihan ke-2, persaingan relatif tidak ketat (daya tampung 95, pelamar tahun 1992: 1269). Ini juga berdasar test psikologi di SMA dan tempat bimbingan belajar, sesuai bakat, minat, dan kemampuan maka saya bisa masuk jurusan Peternakan UGM.

Sekarang pilihan pertama.
Teringat suasana di kelas Fisika, jurusan Teknik selalu menggema dan selalu jadi pembicaraan temen2. Saya ikut melirik kira2 teknik apa yang saya suka, padahal juga belum tahu detail dalamnya. Selidik punya selidik, ada jurusan Teknik Elektro UGM, katanya bergengsi, persaingan paling ketat (daya tampung 92, pelamar taun 1992: 2056). Yang lebih penting adalah tidak ada nggambarnya hehe karena saya tidak bisa dan tidak suka menggambar. Elektro lah satu-satunya pilihan saat itu, padahal saya gak suka Elektronika, tapi yah bergengsi dan harapannya besok kerjanya mudah dan enak.

Okelah, bismillah dah mantep;
pilihan 1; Teknik Elektro UGM
pilihan 2; Peternakan UGM

Friday, June 11, 1993

Malioboro, nama apa itu?

Ternyata Sutarto kost bersama dengan temen2 dari SMA1 Sragen juga, temen2ku juga seangkatan, tapi dasar saya kurang gaul, banyak diantara mereka yang tidak saya kenal, demikian pula sebaliknya karena diriku juga tidak terkenal maka mereka juga tidak mengenal diriku...kuper sekali...

Biar pengalaman, ada diantara mereka yang menyuruh saya untuk mengenal Jogja dengan jalan-jalan di Malioboro.... Lagi-lagi karena kuper, saya berpikir; Malioboro iku apa sich. Seingat saya sempat kira-kira tahu dikit ada rokok namanya Marlboro. Apa pabriknya di Jogja ya, pikirku yang memang tak paham....[paham setelah berkali-kali di Jogja, bahwa Malioboro adalah kawasan belanja yang terkenal]. Bahkan ada nyanyian spesial Kla-Project: Jogjakarta (masak gitu aja juga gak tahu, malu jadinya).

Bayar dan Ambil Formulir di UGM

Bayar dan ambil formulir di Sekip (dulu: kompleks D3 Mesin UGM).

Kagednya diriku begitu mengetahui sedemikian mesti antri setelah sholat shubuh dan sedemikian panjang antrian untuk mendapatkan formulir UMPTN...weleh-weleh, sedemikian banyak mau UMPTN semua, semua mau ketrima ckckckck... ini baru di UGM saja, belum di kampus UNS, IKIP, dll.

Udah gitu, baru merasakan betapa ribetnya. Pertama mesti ikut antrian panjang; loket bayar. Dah bayar dapat kuitansi, ikut antrian panjang lagi; loket ambil formulir. Mbok ya dijadikan 1 aja ya lebih simpel; bayar selesai njuk langsung dikasih formulir, khan enak dan cepat. Tapi taulah pertimbangannya apa kok dibuat ribet kayak gitu.

Formulir dibawa pulang untuk diisi di rumah, dalam formulir sudah ada ketentuan, nomor anda sekian, sehingga anda terjadwal balikin formulir kapan, tempatnya mbalikin formulir di Gedung Fisipol lama.

Thursday, June 10, 1993

Jadwal pendaftaran UMPTN 1993

Berikut Jadwal Pendaftaran UMPTN 1993

1. Pembayaran biaya ujian dan pengambilan formulir pendaftaran.
Tanggal 17 Mei - 17 Juni 1993 (biasanya awal2 utk pendaftaran lulusan 1 atau 2 tahun sebelumnya). Boleh diwakilkan
Kelompok IPA formulir warna UNGU bayar Rp 25.000 (dengan 2 pilihan)
Kelompok IPS-BAHASA formulir warna MERAH bayar Rp 25.000 (dengan 2 pilihan)
Kelompok CAMPURAN formulir warna BIRU bayar Rp 40.000 (dengan 3 pilihan)
(sedari awal saya akan fokus saja 2 pilihan IPA)

2. Pengembalian formulir pendaftaran, tidak boleh diwakilkan.
Tanggal 7-17 Juni 1993

3. Ujian Tulis UMPTN
23-24 Juni 1993

Tambahan Ujian Ketrampilan 25 Juni - 3 Juli 1993 utk jurusan Olahraga dan Seni (saya nggak ah)

Pertama kali ke Jogja

Seingat saya, seumur hidup saya pertama kali ke Jogja ya saat akan mendaftar kuliah di UGM. Persisnya saat akan mengambil formulir pendaftaran UMPTN di UGM. Benernya, untuk UMPTN (walaupun daftar jurusan2 di UGM) tetep bisa ambil formulir dan test di UNS Solo, tapi karena biar sekalian merasakan aura UGM dan Jogja, saya putuskan untuk daftar di UGM sekalian.

Sebenarnya, bus-bus Surabaya-Jogja selalu singgah dan sering saya lihat di terminal Sragen, tapi belum pernah naik, baik ke Surabaya maupun ke Jogja.
Untuk tumpangan selama ndaftar di Jogja, saya sudah kontak dengan temen kost saat kelas 2 SMA (Sutarto), dia kost di Jogja dalam rangka ikut Bimbel. Saya menumpang menginap di kost dia di daerah Kentungan.

Dia pesan; naik bus Surabaya-Jogja, ntar bilang kernet turun di nJanti, setelah itu naik Bus Kota Jalur 7 bayar Rp 100, turun di perempatan Kentungan, trus lengkap dengan denah/alamat kost dia. Semua terasa asing di telingaku: nJanti, Bus Kota, Jalur 7, Kentungan.

Alhamdulillah, perjalanan pertama ke Jogja lancar.

Monday, June 7, 1993

Temen duduk terdekat; Kurniawan, SriSumarni, Darwati

Teringat waktu kelas II Fisika 2 (IIA1-2) dan kelas III Fisika 2 (IIIA1-2), saya selalu duduk semeja dengan Kurniawan yang terkenal pendiam.

Selama kelas II dan II pula, di depan saya selalu setia juga dua perempuan Darwati dan Sri Sumarni. Sri ini yang kelak berteman akrab sejak sama-sama kuliah di UGM hingga kini. Dia yg dulu ngebet masuk Teknik, eh malah malah jadi dokter. Sedangkan saya dulu ngebet jadi dokter, karena takut darah lalu masuk Teknik. Yah lika-likunya cita-cita dan hidup yang sebenarnya.

Sunday, June 6, 1993

Mengingat temen sekelas SMA Fisika 2

Mengingat temen sekelas SMA Fisika 2
SMA Negeri 1 Sragen, Jawa Tengah
(kelas 2 dilanjut kelas 3) 1991/1992 dan 1992/1993


Agus Purwanto (Sipil UNS)
Agus Suwondo (Elektro UNIBRAW)
Agus Sriyanto 
Agustinus (UNS)
Andi (sekolah perkapalan)
Andi Wijanarko (AKABRI AU)
Antonius Sulistyo (Kehutanan IPB)
Bagus Sutrisno (Matematika UNS)
Budi Setiyarso (STTNas)
Cahyo (Peternakan UNDIP)
Darwati
Dwi Hartono (STTNas)
Eddy Wiharsono (D3 Teknik Energi UNDIP)
Endang Lestari
Etik Setyawati
Guntur Wibisono (Industri UII)
Intianu Arinto (Peternakan UNDIP)
Irfan Suparno
Joko Warsito (Sipil UNS)
Kristo Fani
Kurniawan (D3 Teknik Elektro UNDIP)
Kusriyanto (KU UNDIP)
Maryono (D3 Teknik Mesin UGM)
Ning Saputri 
"Oshin" (STAN)
Pena (UMS)
Puji Astuti (KU Unissula)
Ratih Sari Dewi
Rima (FKM UNAIR)
Roswanti (Ekonomi UPN Jogja)
Seto Wahyu Jatmiko (Teknik Elektro UGM)
Sri Sumarni (KG UGM 93/KU UGM 94)
Sri Suyatmi (masuk UMS)
Sunardi (Peternakan UGM 93/Elektro UGM 94)
Supriyanto (Hukum Un Jember)
Sutarto
Suwanto (Pertanian UNS)
Yoga Adinata (masuk UMM)


walah, dari 48 kok cuma hafal segitu ya... itupun belum tentu benar

Saturday, June 5, 1993

Tak ikut ambil surat kelulusan SMA

Saat pengumuman kelulusan, saya tak datang ke sekolah, dan takpernah mengambil surat kelulusan/surat ketidaklulusan.

Sebenarnya dari Solo (tempat Bimbel) saya sudah berpakaian sekolah naik bus ke Sragen. Sesampainya di terminal Sragen, saya ketemu Haris yang sedang bergembira karena sudah dapat kepastian lulus, dah dari sekolah dan mau balik ke rumah. Saking senengnya, dia merangkul saya, tapi tiba-tiba kami berdua malah terjatuh karena saya takkuat mengimbangi badannya karena sakit kaki yang saat itu sedang saya derita.

Haris pulang, saya berjalan dengan menyeret kaki menuju SMA sekira 1 km,. Sesampainya di tengah perjalanan, di samping SMEA Negeri, saya berpapasan dengan rombongan Suwanto dkk. Taktega dengan keadaan saya, mereka mengajak saya balik ke terminal dan pulang. Mereka meyakinkan, insyaAllah lulus lah. Saya yang memang sangat kepayahan, saya ikuti saran mereka.

Yah, akhirnya tetep gakjadi ambil pengumuman, hanya yakin saja insyaAllah mesti lulus.

Lulus SMA biasa-biasa saja

Lulus SMA biasa-biasa saja. Bahkan surat kelulusan pun takpernah saya ambil, sehingga disampaikan wali kelas Bu Alva Tiastati (guru Biologi) saat perpisahan, ada satu siswa SUNARDI yang belum ambil surat kelulusan, pertanyaan retoris saya; "saya lulus gak bu?", jawab beliau ngeles: "ya gak tahu, wong belum kamu ambil dan buka"....

Wah, tapi tetep aja gak saya ambil karena saya yakin lulus walau dengan nilai dan prestasi yang biasa-biasa saja. Teringat ranking SMA selalu bertambah tiap semester,
Semester 1 s.d semester 6; 3-5-11-10-13

Berantakan kesempatan untuk meraih peluang masuk PTN tanpa test (istilahnya PMDK= Penelusuran Minat dan Kemampuan), biasanya mensyaratkan ranking menanjak eh kok saya malah jadi ranking banyak.

Diberikan kesempatan mencoba PMDK UNS ambil Teknik Sipil dan Matematika, itu pun takditerima....

Friday, June 4, 1993

SMA 3 thn, 3 tempat kost

Tiga tahun di SMA, 3 tempat kost pula saya berada.

Kost saat kelas 1
Kost pertama saya tinggal sekira 300 meter di utara sekolah, bersama dengan Thohir (Suwatu) dan Sujar (Pantirejo), keduanya kakak kelas. Thohir II Fisika, Sujar II Sosial. Kalau taksalah biaya kost Rp 3000/bulan. Dalam 1 kost tersebut juga ada 2 anak kost putri sekolah di SMEA Negeri Sragen, tapi saya lupa namanya. Keduanya masih ada talian saudara dengan ibu kost, asalnya Jenar. Anak kost laki-laki di kamar sebelah kiri sedang perempuang di sebelah kanan dari bangunan rumah induk bu kost sehingga kita terlindungi dari hal-hal yang tidak diinginkan.

Selama satu tahun saya, Thohir, dan Sujar tinggal disitu. Kita masak nasi bareng, masing-masing setiap minggu pulang kampung dan datang mbawa beras, kadang mbawa lauk sebisanya. Untuk hari-hari biasa, kita iuran dan bergantian beli lauk/sayur, paling sering beli sayur buncis di kantin RSU Sragen, sekira 1 km, tapi kalo nrabas lewat sawah Cuma ½ km. Biasanya setiap beli sekali, untuk makan 2x. Kadang pakai sepeda, kadang jalan kaki.

kost saat kelas dua
Kost kedua saya tinggal persis di selatan sekolah, cuma dipisahkan pagar sekolah. Saya pindah karena diajak Thohir yang mencari suasana baru dan temen2nya banyak. Tercatat ada Thohir, Yatno, Supri yang sesama kelas III Fisika. Sedang kelas III biologi ada Harsono dan II sosial ada Suprapto. Sedang kelas II Fisika hanya saya seorang. Kalau taksalah biaya kost Rp 3000/bulan.

Dari kost ini, nuansa belajar sangat terasa, terlebih banyak yang kelas III yang tentu akan mempersiapkan diri sebaik2nya untuk menghadapi Ebtanas dan UMPTN (Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri), pengganti nama Sipenmaru. Saya juga terpacu untuk semangat belajar, dan sedikit-sedikit mencoba untuk mengerjakan soal-soal UMPTN, terutama Matematika dan Fisika. Pernah satu ketika dilarang oleh Yatno: Jangan belajar UMPTN dulu, kamu baru kelas dua, takutnya nanti malah gak fokus, prematuer, dan pada saatnya kelas tiga nanti malah sudah drop semangat.

Pemilik kost ini sangat baik memperlakukan dan melayani anak-anak kost yang semuanya laki-laki. Walaupun bukan dari keluarga yang berkecukupan, suami pengemudi becak, istri jualan sayur di pasar, tapi keluarga ini sedari awal bertekad untuk selalu menyediakan sayur untuk makan malam kami. Kami hanya masak nasi aja, sedang sayur disediakan oleh ibu kost, udah gitu gratis alias gak bayar.

Bu kost ini punya 2 anak; Tarwoko saat itu masih SMP dan Tarwati saat itu belum sekolah.

Kost ketiga saat kelas tiga
Menginjak tahun ketiga, setelah Thohir dan temen2 pada lulus, saya ketemu Sugimin (temen SMP Mondokan yg sekarang sekolah di STM Muhammadiyah) dan mengajak kost bareng dengan dia, agak jauh, di Widoro, sekira 1 km dari sekolah.

Kalau taksalah biaya kost masih juga sama dengan kost-kost sebelumnya, yaitu Rp 3000/bulan. Yang membedakan adalah fasilitas. Walaupun tambah jauh, ada free sarapan pagi, duh enak dan murahnya.

Lagipula, tahun ini saya berhasil mengajak Edy Suharsono (temen sekelas sejak kelas 1) utk kost bersama, sebelumnya selama 2 tahun dia nglaju dari Banaran, Sambungmacan.