Saturday, August 19, 2000

Kuliah S2 ITB..... pagi-sore full

Tanggal 19 Agustus 2000 mulai kuliah S2 ITB.

Dalam jadwal, kuliah full pagi-sore selama senin-jumat. Taktanggung-tanggung, kuliah S2 Teknik Elektro ITB, khususnya yang mengambil konsentrasi Telekomunikasi memang sangat berat persyaratannya dan proses yang dilalui.

Selain lulusan Telkom ITB, kami diwajibkan mengambil beberapa MK penunjang dan kuliah bareng anak2 S1 hingga total 12 SKS lebih banyak daripada Mhs S2 biasanya (36 SKS). Ngerinya lagi, MK yang pelaksanaannya 3 SKS dihitung cuma 2 SKS, lagian di ITB jika kuliah 3 SKS maka hari ini 2 SKS, besok 1 SKS, bukan digabung sebagaimana di UGM maupun di UAD, weleh2.....Udah gitu, jam keluar-masuk kuliah betul2 ditaati sama dosen, jarang yg korupsi waktu. Hebat rek, senengnya dapat ilmu banyak, dosen berdedikasi tinggi, tapi resikonya capek...takpa, namanya sekolah emang berat.

Teringat, kami mengambil MK Dasar Sistem Komunikasi (DSK) bersama anak2 S1. Kalau di S2 bagi kami tercatat 4 SKS. Ternyata itu adalah gabungan 2 MK, Siskom Analog (2+1) dan Siskom Digital (2+1)..... so, kami kuliah 4 kali dalam seminggu hanya utk MK DSK tsb, weleh2.....

Tapi yah masih mending, walaupun kami gakmungkin masuk kategori 1 (lulusan Telkom ITB, normal wajib ambil 36 SKS, kayaknya ada 2 orang dari 15 Mhs baru), kebanyakan kami termasuk kategori 2 (takperlu Pra-S2 setahun, tapi ambil 12 SKS MK S1), kategori 3 (mesti ikut Pra-S2 selama setahun), atau kategori 4 (tidak ketrima walau Pra-S2 sekalipun).

Yah, dinikmati aja, malahne tambah pinter, emang itu yg dicari dengan cara sekolah.

Monday, August 7, 2000

Mau naik Kereta; nunggu 12 jam

Cerita sedih saat awal-awal di Bandung.

Saat itu selesai urusan registrasi dan cari kost selesai, saya pulang sendirian ke Jogja karena Pak Rusydi ada mampir saudara. Saya mau naik kereta ekonomi di Kiara Condong, karena memang itulah yang tergambar saat itu cara mudah mencapainya.

Saya datang pukul 10 pagi, ternyata jadwal keretapi ke Jogja (Kahuripan, Bandung-Kediri) adanya jam 10 malam......Mau jalan2 dulu ngabisin waktu, bingung taktahu mana-mana, ke rumah temen/saudara, gak ada..

Alamak akhirnya mesti nunggu 12 jam di stasiun kayak orang hilang. Baca koran banyak capek, tidur gakbisa, gonta-ganti kursi aja ngilangin rasa jenuh...Begitulah cerita 12 jam menunggu kereta.

Hunting kost, sedapetnya tp bagus

Cerita cari kost di sadang serang
Cari kost segera, itulah dalam benak kami ketika sudah positif registrasi. Maknanya besok selepas 17 Agustus 2000 kuliah dah dimulai, saya mesti dah ke Bandung dan dah punya tempat tinggal.

Disaat bingung, berdua dengan Rusydi kami tertarik dengan salah satu tempelan iklan liar di kampus tentang ”menerima kost putra, Sadang Serang”. Kita catat dan kita tanya orang dimanakah alamat rumah itu berada. Tanya sopir angkot Cicaheum-Sadang Serang, serasa jauhhh banget nggak nyampe2. Tahu2 angkot berhenti, penumpang turun semua, oh ternyata ini terminal Sdg serang ya. Alhamdulillah, ternyata rumah kost dah keliatan dari terminal, deket banget.

Harga nggakboleh nego, kalo nggak salah Rp 1,2 juta/tahun/kamar. Bagi kita sangat mahal, tapi kita nggak punya alternatif lain, lagian lumayan bagus kok. Okelah akhirnya kita sepakat ambil 2 kamar di lantai 2 bersebelahan.

Enaknya kost ini, kalo mau ke ITB, terminal di depan rumah, mesti dapat tempat duduk, nggak menggantung di pintu.

Friday, August 4, 2000

Alhamd ketrima beasiswa BPPS

Hingga beberapa hari menjelang registrasi Mhs Baru S2 ITB, belum ada pengumuman dari Depdiknas Jakarta maupun dari ITB tentang pengumuman penerima beasiswa BPPS (Beasiswa Program Pasca Sarjana).

Saya, Rusydi Umar, dan Suhendra bingung bukan kepalang bagaimana jika sampai batas waktu akhir pendaftaran pengumuman itu juga belum ada kejelasan. Pakai biaya sendiri, jelas takkuat dan duit darimana. Mau minta dibayarin UAD, kami masih dosen baru tentu tidak diijinkan. Sementara kalau Pak Mushlihuddin yang mendaftar belakangan dan memang sedari awal mengajukan biaya dari UAD ya takda masalah, tinggal registrasi ulang aja.

saat pendaftaran dibuka selama 4 hari, senin-kamis kalo taksalah, berdasar informasi yg didapat dari sumber di Dikti Depdiknas Jakarta, walaupun keakuratannya juga tidak tahu seberapa, Pak Hendra dan pak Rusydi sudah bisa nyimpen lega hati, kerana nama mereka katanya ada dalam list penerima beasiswa Dikti, waduh....maknanya dari 4 orang tinggal saya sendiri yang belum jelas nasibnya.

Seolah masih mengalamai pertaruhan nasib, saya meminjam uang UAD utk bayar SPP dengan janji; jika keterima BPPS maka jadi sekolah dan pinjaman dikembalikan, jika tidak keterima maka tidak jadi sekolah.

Akhirnya, mereka ber-3 berangkat ke Bandung utk registrasi bisa dengan senyum manis, sementara saya dengan senyum kecut.

Alhamdulillah, puji syukur pada-Mu ya Allah, registrasi hari terakhir saya baru berangkat ke Bandung (dengan harapan dengan berjalannya waktu segera ada keputusan), ternyata pagi itu baru saja ditempel pengumuman penerima beasiswa Dikti, alhamdulillah saya salah satu diantaranya....

alhamdulillah jadi sekolah S2 beneran akhirnya diriku