Saturday, June 6, 1987

Lulus SD jadi Juara II

Saya sejak kelas 1 selalu rangking 1 atau 2 pada setiap catur wulan (cawu), selalu bergantian dengan Wiryawan yang masih ada tali saudara keluarga.

Mempertahankan tradisi juara saya lakukan karena begitu bangganya saya ketika melihat mas sutris menerima hadiah buku tulis dari sekolah ketika bisa menjuarai kelas. Setelah itu, terpompa semangat saya untuk bisa menjadi juara kelas dan mendapatkan hadiah buku. Terlebih, saat itu mbak Sri juga memberikan hadiah jika saya bisa menjadi juara kelas.

Tapi begitu lulus, eh Nilai Ebtanas Murni (NEM) saya nomor 2, selisih dikit dengan Haris Triyanto (awal kelas 6 dia pindah dari MIM). NEM saya 35.76, kalo taksalah Haris 35.80.

Nilai NEM saya tertanggal 6 Juni 1987
1. PMP 7.07
2. Bahasa Indonesia 8.15
3. IPA 6.67
4. IPS 7.87
5. Matematika 6.00
Jumlah 35.76

Konstelasi NEM nasional, atau bahkan sekedar di kota Sragen, kita gak paham dan gak kita hiraukan, karena memang nggak kita pakai kecuali utk syarat masuk ke-3 SMP negeri yang terdekat. Saya akhirnya masuk ke SMP N Mondokan, Haris ke SMP N Sukodono, dan Wiryawan ke SMP N Gesi. Kelak, saya dan Haris ketemu lagi di SMA N 1 Sragen, udah gitu satu kelas lagi (1 D).

mengingat temen SD

Mengingat temen sekelas SD
SD Negeri Pantirejo I, Kec. Sukodono, Kab. Sragen, Jawa Tengah.
(Masuk kelas 1 sekira Juni 1981, Lulus kelas 6 sekira Juni 1987)

1. Wiryawan (selalu bersaing memperebutkan juara I dengan diriku)
2. Gatot (putrane mbah Ndermo)
3. Haris Triyanton (pindahan dari MI kelas 5 atau 6)
4. Didik (putrane bu guru)
5. Ninik Nuraini (anak pak kaur)
6. Rosmiyati
7. Martantiningsih
8. Sudarti (temen sekampung)
9. Roslan (kakak kelas, lalu jadi adik kelas)
10. Sandim (kakak kelas, lalu jadi adik kelas)

Mungkin total ada 30-an, tapi lupa.....

Monday, June 1, 1987

Mengingat Guru2 di SD

Kelas 1, 2, 3 saya diasuh oleh guru kelas yang suaranya nyaring, jelas, dan tegas. Bu Wiwik, dari Kuyang (masih satu kelurahan). Beliau guru baru, pindahan dari sekolah lain. Ingat bu Wiwik, saya sangat terinspirasi sekali dengan sebuah film saat itu yang saya tonton di televisi punya pakdhe, tentang kegigihan belajar seorang anak kampung dan kegigihan mengajar seorang guru perempuan kota yang ditempatkan dipelosok negri. Ketika sukses dalam belajar, demikian bangganya pada diri si murid dan si guru.

Benernya biasanya kelas 1 atau 2 diajar oleh pak Ngadimin, rumahnya persis di sebelah SD, berbatasan dengan pagar sekolah saja. Tapi gaktahu kenapa, hanya angkatan saya yang tidak pernah diajar oleh beliau. Orangnya juga baik, kalem, lembut cocok untuk anak-anak kelas 1 atau 2.

Kelas 4 wali kelas pak Darminto, terkenal galak, kalo taksalah ditengah-tengah tahun, beliau pindah ke sekolah lain yang lebih dekat ke rumah beliau. Kayaknya beliau rumahnya yang paling jauh dengan SD kami.

Di kelas 4 ini, kami mulai kedatangan guru agama baru, pak Muchlis, asal Tanon. Orangnya lembut, membawa suasana baru dalam pola pembelajaran. Masih inget ketika beliau mengajarkan hadits (berbuat baik pada tamu) maupun hafalan surat (Al Ma’un dan At Tien) kami diminta untuk berdiri, setiap penggal hafalan menghadap ke sisi yang berbeda sehingga memudahkan kami untuk menghafalnya.

Guru agama sebelumnya yang terkenal galak, bu Syamsiyah pindah ke MIM yang lebih deket dengan rumah beliau, cuma sekira 100m, kalo ke SD kami sekira 700m.

Kelas 5 dan 6 kami diasuh wali kelas, Pak Sukardi, kampung selatan saya (beda kelurahan), orangnya kalem, lembut, dan jelas jika menerangkan sesuatu. Teringat saya pada pelajaran IPA. LNG adalah gas yang dimampatkan (saya dulu nulisnya gas yang dimanfaatkan, eh disalahkan), kemudian beliau menjelaskan apa makna dimampatkan itu. Juga ketika saya meminta penjelasan lebih jauh, kenapa tumbuhan memasak makanan pada siang hari (saya percaya mesti memasaknya malam hari, karena saya beralasan siang hari saya takpernah sekalipun melihat tumbuhan memasak makanan). Kemudian beliau jelaskan panjang lebar tentang proses memasak makanan oleh tumbuhan yang mesti memerlukan sinar matahari.

Mulai kelas V mungkin, kami ada guru khusus olahraga, Bu Insiyatun, rumahnya deket sekolahan.