Sunday, July 1, 1984

Kelas 4; mulai pakai sepatu, BP3, PSPB

Sejak kelas 4, kami baru mulai di-sunnah-kan makai sepatu. Yah, sepatu adalah barang mahal bagi kami. Mulai sekarang, diharapkan ke sekolah memakai sepatu jika punya, jika belum punya ya "nyeker" tanpa alas kaki.

Teringat saat itu saya dah dibelikan sepatu sepasang, untuk menghemat pengunaan biar awet, sepatu hanya saya pakai setiap hari Senin saat upacara bendera, karena hampir pasti saya bertugas sebagai inspektur upacara atau menaikkan bendera. Hari-hari lain, nyeker-lah.

Sejak kelas 4 sekolah baru pertama kali mengenal adanya bayaran bulanan ke sekolah, namanya BP3, sebelumnya semua betul2 free, buku pun dipinjami dari sekolah, gakperlu beli ntar di akhir cawu dikembalikan lagi ke sekolah, kelak untuk adik kelas kita. Kalo taksalah sebelumnya hanya bayar saat mau ujian aja.

Waktu kelas 4 ini pula, dikenalkan pelajaran baru yang namanya PSPB (Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa) tapi diberikan sebagai tambahan pada cawu-cawu tertentu saja, tidak diberikan setiap cawu.

Sunday, January 1, 1984

Konspirasi menilai kerapian berbaris

Saya lupa mulainya kapan dan bagaimanan memulainya bahkan hingga kapan mengakhirinya. Saya dan Wiryawan yang selalu bergantian juara kelas sejak kelas 1 membuat konspirasi.

Setiap pagi mau masuk kelas maupun pulang, kita mesti apel membuat 2 barisan di depan pintu kelas, kemudian dipilih barisan mana yang lebih rapi dan berhak masuk/pulang duluan.

Sering yang kebagian tugas menjadi inspektur dan penilai adalah bergantian antara saya dan wiryawan. Karena kami berdua temen akrab, saat itu tak ada rasa persaingan tidak sehat, sering melakukan main mata, memanfaatkan kesempatan untuk saling membantu. Dimana saya berada, barisan saya didahulukan, pun demikian sebaliknya.

Wah-wah masih kecil kok dah main konspirasi gini, ya Allah ampuni dosa kami, ya teman2 maafkan kami.