Wednesday, December 12, 2001

sem4 kehilangan teman ke Jerman

Saat mengakhiri semester 3, saya kehilangan teman seperjuangan kuliah dan temen kost baru yaitu Vimtakhul Azis dan Johar (Elektro-Kontrol 2001), kakak kelasnya Azis dulu di Elektro ITS yang akan mengikuti program kuliah lanjutan di Jerman, wah saya ketinggalan kereta karena seleksi diadakan saat saya masih di Caltex Riau.

Alhamdulillah, kost saya yang baru ini telah memberangkatkan 3 mahasiswa merampungkan S2nya di Jerman. Semester sebelumnya yang sudah berangkat ke Jerman adalah temen seperjuangan saya (masuk UAD bareng 2000, masuk S2 ITB bareng 2000) yaitu Suhendra (Teknik Kimia).

Gaktahu nih, yang masih ditinggal disini tinggal saya dan Ananto, mungkinkan juga dapat kesempatan keluar negeri???? tunggu jawabannya kelak dikemudian hari, insyaAllah, semoga bisa juga, amien.

Friday, August 17, 2001

Cari alamat, taunya cuma nomor telpon (tp rusak)

Sungguh pengalaman yang luar biasa dan pantang menyerah.

Beberapa hari sebelum berangkat, setelah ada kepastian dapat tiket kapal, saya sudah kontak temen lama di Padang, yaitu kak Susi. Kita dah janjian untuk ketemu dan akan dijemput di pelabuhan, maklum saya belum tahu sama sekali pulau Karimun. Komunikasi kami lakukan melalui nomor telepon rumah orang tua dia, sedang dia belum ada HP.

Sedihnya, malam sebelum berangkat jika menelepon rumah dia, selalu gak ada yang ngangkat padahal ada nada sambung. Masak satu rumah pergi semua sich. Apa mungkin teleponnya rusak ya. Komunikasi selalu saya coba hingga pagi menjelang berangkat, selama perjalanan di kapal, tapi hasilnya nihil. Padahal saya nggak punya alamat dia, tahunya cuma nomor telepon rumah. Sebelumnya gak kepikiran minta alamat karena dia dah janji akan menjemput di pelabuhan. Perjalanan terus berlanjut dengan ketidakpastian dan kebingungan kami, terus nanti mau kemana sesampainya di Karimun.

Akhirnya, pendaratan itu tiba waktunya. Saya coba menyisir pelabuhan, kak Susi tidak kami temui. Putus asa rasanya, bagaimana nie.... Langsung cari kapal ke Batam? atau cari penginapan di Karimun? Terbayang gak enak jadi orang ilang.

Disela-sela kebingungan memutuskan, teringat diriku kalo gaksalah dulu saat ngobrol pernah denger2 alamatnya ada di jalan Pertambangan, nomor berapa gak tahu, daerah mana gaktahu. Satu Pulau Karimun cuma tahu nama jalan, susah juga ya, itupun iya kalo bener.

Biar tampang pendatang dan tampang kebingungan tidak tampak oleh banyak orang, saya dan Giyanto naik ojek; Jalan Pertambangan, Bang !. Nomor berapa? waduh,... spontan 25 Bang..asal saja saya sebut.

Taktahunya ketemu rumah makan dan bukan alamat yang kami tuju. Hari semakin sore, kami masih bingung. Inget diriku orang Elektro Telekomunikasi, ada nomor telepon rumah, berarti ada dalam daftar telepon rumah berupa Yellow Pages..... pergilah kita cari Wartel, pinjam Yellow Pages. Disitu ada list nama, alamat, dan nomor telepon.

List tersusun urut abjad nama, padahal tahunya nomor telepon, mesti yang tertulis nama orangtua Kak Susi dan saya taktahu namanya. Wah, perjuangan belum berakhir. Siapa tahu rejeki saya, semoga ada pertolongan Allah, saya lakukan dengan sabar. Saya coba cari satu persatu urut nama dan cocokkan mana nomor telepon yang sesuai dengan yang saya bawa.

Alhamdulillah, Allah beri pertolongan, ketemu......... Untung nama yang saya cari inisial H, tidak Z. Bersyukurlah kami berdua. Ada nomor telepon saya dapatkan, beserta nama dan alamat.

Segera tanya penjaga wartel untuk sampai pada alamat tersebut, naik angkot, asal diturunkan di kampung yang dituju karena nomor urut rumah tidak beraturan. Walah, lagi-lagi perjuangan belum berakhir.....

Jalan kaki kami lakukan cari nama dan alamat, alhamdulillah akhirnya ketemu. Ternyata, Kak Susi sudah menunggu di Pelabuhan berjam-jam yang lalu hingga akhirnya pulang setelah kami istirahat dan disuguh makan, subhanallah....

Tentang telepon rumah, ternyata akhirnya ketahuan, memang telepon rusak sejak kemarin, tak ada nada dering, misal ada diangkat tak ada dengar suara. o.... begitu tho..

Jalan2 ke Batam dan Tanjung Balai Karimun

Petualangan dan aroma jalan-jalan tak pernah hilang....

Saat CPI ada libur bersama 4 hari, segeralah pikiranku mencari tujuan kemana jalan-jalan yang diinginkan. Terdekat dengan Riau seperti Medan dan Padang sudah, lalu terpilihlah Tanjung Balai Karimun dan Batam.

Teringat diriku akan Giyanto (alumni TP UGM, temen PPBM) saat ini belum bekerja dan sedang berada di Rumbai, Pekanbaru. Saya ajaklah dia jalan2, semua biaya saya bayarin dech.

Perjalanan dari Duri selepas shubuh, naik travel ke Dumai (include tiket kapal), dilanjutkan naik kapal Dumai-Tanjung Balai Karimun (singgah di Bengkalis dan beberapa pulau kecil) sekira 4 jam. Karena belum pernah, sering setiap kapal singgah saya tanyakan ini pulau apa. Alhamdulillah akhirnya sampailah kami di pelabuhan Tanjung Balai Karimun. (ketemu Kak Susiyanti, ketemu di Padang 1999, tahun 2000 dia dan ibunya ngantar adik Shinta kuliah di UAD).

Kami sehari menghabiskan waktu jalan2 dan menginap di Karimun, dilanjutkan jalan2 sehari semalam di Batam. (ketemu Mas Ahmad Fathoni, kakak kelas Elektro UGM 93).

Friday, June 1, 2001

Pilih Sekolah atau Kerja??

Juni-Oktober 2001
Bingung, Sekolah tp Dipanggil kerja

Saat akan menghadapi Ujian Akhir Semester (UAS) sem3, tiba-tiba saya dikejutkan adanya fax ke bapak di Sragen, bahwa saya disuruh segera ke Fakultas Teknik UGM untuk ditempatkan kerja. Tak begitu jelas apa yang dimaksud dengan fax ini, maka saya pulang ke Sragen. Ternyata PTCPI sedang membutuhkan seseorang utk ditempatkan di IT Duri Riau, karena saya dulu pernah apply (mungkin 1999) masuk dalam waiting list, maka saatnya saya dipanggil berangkat kesana, o... gitu tho.

Setelah kontak UGM, maka saya langsung dikontak PT CPI untuk negosiasi kapan saya akan bisa bergabung kerja disana, sehingga memudahkan pengurusan transport pesawat yang akan diurus semua oleh UGM dan akomodasi yang disediakan di Riau, waduh jadi bingung nih.

Ini adalah tawaran pengalaman saya kerja di industri. Saya ragu saya ambil atau tidak tawaran ini, rasanya kerja di industri berat dari sisi waktu (terkekang tidak sebebas dosen) walaupun gajinya memang jauh lebih banyak.

Saya hanya sedikit dikasih waktu utk memutuskan, akhirnya saya putuskan bismillah saya ambil kesempatan ini. Jika nanti krasan dan kepenak, itulah yang saya cari. Jika ternyata emang tidak mengenakkan, maka saya akan kembali menyelesaikan S2 saya dan kembali mengabdi jadi dosen.

Harusnya diminta awal April saya gakbisa, Mei gakbisa, akhirnya disepakati 1 Juni sampai di Riau. Kalang kabut akhirnya diriku dibuatnya, UAS segera mulai sementara saya harus segera berangkat. Akhirnya saya nego sama teman2 dan dosen agar ujian-ujian yang ada di bulan Juni (mungkin ada 3 atau 4 mata kuliah) dimajukan di bulan Mei.

Teringat, 31 Mei sore masih ujian di ITB, malam naik travel ke Jogja, pagi terbang Jogja-Jakarta-Pekanbaru,....weleh2..

Monday, January 1, 2001

Punya Handphone pertama kali

Dosen Teknik Elektro, konsentrasi Telekomunikasi lagi, sedang S2 ITB, tapi tapi ndak punya HP. Gak gaul, gaptek, gakpunya duit, mungkin begitulah untuk menggambarkan hehe.

Saat itu HP memang sudah agak menjamur, merk bervariasi, harga juga bervariasi. Yang menjadi masalah adalah simcard masih mahal, juga tarif SMS atau telepon masih sangat mahal, dan voucher eceran paling murah Rp 50.000. SMS antar operator gak bisa. Awalnya, di Jogja ngandalkan telpon rumah PPBM, di kost Bandung ngandalkan telpon rumah juga. Tapi karena sekarang sudah tidak cukup mengandalkan telepon rumah dan merasa perlu HP, akhirnya saya berniat beli.

Teringat diriku ditemeni Azis beli di Jaya Plaza Jl. Ahmad Yani Bandung. Beli HP 2nd Siemens (type lupa) harga sekira Rp 500ribu. Simcard beli Mentari (Indosat) yang saat itu lebih murah dibanding Simpati (Telkomsel) yang harganya mencapai jutaan.

Jadilah diriku punya HP sekarang, alhamdulillah...